18 September 2020 | 05:46 WIB
Bisnis.com, JAKARTA - Wisata gastronomi bisa menjadi daya dorong pariwisata Nusantara jika dapat dioptimalisasi pada masa mendatang, ketika sektor ini siap bangkit menghadapi pemulihan usai tertekan pandemi. Berbeda dengan wisata kuliner pada umumnya, wisata gastronomi tak hanya menawarkan cita rasa makanan suatu daerah. Dalam prosesnya, gastronomi menyajikan pengalaman, budaya dan sejarah di balik kehadiran suatu menu makanan. Akademisi Politeknik Sahid Asep Parantika mengemukakan potensi ekonomi gastronomi sangatlah besar. Segmen ini bisa menciptakan peningkatan nilai ekonomi sampai 20 kali lipat pada dunia kuliner Nusantara.
“Bayangkan jika membeli kopi Bali, wisatawan mungkin hanya merogoh kocek Rp50.000 sampai Rp100.000 per porsi. Namun, dengan paket gastronomi yang menyajikan pengalaman proses pembuatan kopi, harga paket bisa mencapai Rp1-2 juta bagi setiap orang,” kata Asep dalam diskusi virtual bertema ‘Pentingnya Verifikasi Protokol Kesehatan untuk Peningkatan Wisata Gastronomi’, Jumat (18/9/2020).
Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkap bahwa pengeluaran terbesar wisatawan nusantara maupun asing masih didominasi oleh belanja untuk kuliner. Pada 2019 pengeluaran wisatawan nusantara secara total mencapai Rp 307 triliun dan 30 persen di antaranya dibelanjakan untuk kuliner. Sementara wisatawan asing tercatat memiliki pengeluaran total sebesar Rp280 triliun. Selain itu, Asep pun mencatat 5,5 juta UMKM di sektor pariwisata bergerak di sektor kuliner dengan pertumbuhan mencapai 10 persen setiap tahunnya sehingga potensi ekonomi wisata gastronomi dinilainya amat besar jika dapat ditingkatkan.
“Kalau kita lihat, negara-negara lain sudah memanfaatkan gastronomi dengan baik. Seperti China, Korea Selatan, Thailand. Wisatawan asing datang ke sana karena kuliner dan pengalamannya,” imbuh Asep. Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Indonesia Gastronomy Community (IGC) Ria Musiawan tak memungkiri jika wisata gastronomi di Indonesia belumlah terlalu populer meski Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangannya. Dalam survei Organisasi Turisme Dunia (UNWTO), aspek gastronomi memang menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan. Sebanyak 87 persen responden menilai gastronomi merupakan elemen penting dalam pariwisata. “Padahal di berbagai negara wisata gastronomi menjadi yang paling dicari, namun di Indonesia belum populer. Sudah saatnya kita menguatkan wisata gastronomi, baik dari sisi sarana dan daya tarik,” kata Ria.