6 June 2023 | 18:45 WIB
Bisnis.com, JAKARTA - Sinar Mas Land mengungkap salah satu langkah untuk mendongkrak investasi properti berbasis green economy yakni dengan pemberlakuan insentif dari sektor keuangan.
Chief Risk & Sustainability Officer Sinar Mas Land Muhammad Reza Abdulmajid mengatakan saat ini fasilitas green loan atau pinjaman hijau untuk investasi properti masih terbatas untuk gedung dengan sertifikat hijau.
Menurutnya, perbankan maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum memberikan parameter spesifik sebagai acuan kelonggaran untuk pembangunan residensial berkonsep hijau.
"Kalau parameter ini bisa dijadikan basis untuk perbankan bisa mengeluarkan produk yang ada insentif baik dari sisi developer dan customer, mungkin rate nya lebih rendah, itu lebih mempercepat awarness masyarakat," kata Reza Green Economy Forum yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, Selasa (6/6/2023).
Pasalnya, untuk membangun produk hunian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan memerlukan investasi awal yang tidak kecil dan akan memicu tingginya cost untuk calon pembeli.
Jika nantinya dari sektor keuangan mengeluarkan parameter khusus untuk pengembangan bangunan hijau di sektor residensial, sekaligus memberikan insentif, maka tidak mustahil untuk menekan harga jual.
"Ini juga membantu mempercepat awareness masyarakat karena itu lebih real, mereka merasakan ada benefit yang bisa didaapat dan itu bisa mengompensasi cost yang kita keluarkan," ujarnya.
Dia membandingkan dengan beberapa negara lain yang telah menggunakan parameter tertentu. Salah satu contohnya yaitu perihal energy performance eficiency, artinya mereka hanya melihat dari sisi efisiensi penggunaan energi saja, bukan elemen sertifikat green secara keseluruhan.
Parameter tersebut diterapkan pemerintah dan menjadi dasar bagi perbankan untuk mengeluarkan mortgage product, khususnya untuk residensial.
Saat ini, Sinar Mas Land baru memiliki 7 area mencakup 5 gedung dan 2 area hijau yang telah memiliki sertifikat hijau. Reza menjelaskan, dampak pada sertifikasi tersebut tidak membuat harga sewa meningkat, melainkan efisiensi ongkos operasional bagi para tenant.
Sementara itu, di sektor perumahan, Sinar Mas Land memiliki inisiatif lain untuk mendukung green environmental, beberapa di antaranya yaitu limbah komunal untuk pengelolaan limbah yang lebih ramah lingkungan.
"Untuk penggunaan solar panel dan efisiensi energi itu masih dalam pengkajian," ujarnya.
Lebih lanjut, dia pun masih melihat dari permintaan pasar yang masih dipertimbangkan apakah konsumen memang sudah siap menerima berbagai faktor terkait green building dan cost terhadap pembelian produk.
"Kedua dari teknologi, penggunaan solar panel sekarang trennya semakin affordable dibanding tahun lalu, tentu itu menjadi pertimbangan kita, secara teknologi sudah lebih feasible untuk penerapannya," tandasnya.
Di samping itu, Executive Director Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakn untuk mengembangkan wilayah dengan konsep green maka pengembang perlu mengaitkannya dengan pembiayaan hijau.
"Termasuk bagaimana kalo bicara tentang pengembangan ekonomi hijau, bagaimana rumah bangunan kantor yang lebih hemat energi atau bisa memanfaatkan energi terbarukan pakai tenaga surya," tuturnya.
Dalam hal ini, dia mendukung diperlukannya kelonggaran pembiayaan dari perbankan maupun regulator untuk pembiayaan properti dengan memanfaatkan ekonomi hijau.
Namun, dia menyadari kondisi sistem keuangan di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi, termasuk suku bunga yang masih di level cukup tinggi, terlebih dengan investasi awal yang besar dan akan dibebankan kepada masyarakat.
"Ini mungkin yang bisa di evaluasi kepada pemerintah, dan Pekerjaan Rumah (PR) kita di sistem keuangan termasuk suku bunga tinggi," jelasnya.