contact us mail
contact us whatsapp

6 Tips Berbisnis di Masa Sulit

  14 March 2025 | 10:01 WIB

6 Tips Berbisnis di Masa Sulit

Ketidakpastian, gejolak, dan lingkungan bisnis yang terus berubah dengan cepat menimbulkan ancaman serius bagi para pengusaha. Pebisnis selalu menyesuaikan strategi mereka dengan kondisi yang ada, baik dalam mencari pasar baru, mempertimbangkan kembali pendekatan dalam manajemen tim, maupun mengambil risiko demi bertahan dalam persaingan. Dalam masa-masa sulit, pengusaha tidak bisa bersikap pasif.

Ketidakpastian, gejolak, dan lingkungan bisnis yang terus berubah dengan cepat menimbulkan ancaman serius bagi para pengusaha.
Pebisnis selalu menyesuaikan strategi mereka dengan kondisi yang ada, baik dalam mencari pasar baru, mempertimbangkan kembali pendekatan dalam manajemen tim, maupun mengambil risiko demi bertahan dalam persaingan. Dalam masa-masa sulit, pengusaha tidak bisa bersikap pasif.

Tanpa diragukan lagi, meskipun penuh tantangan, krisis justru dapat melahirkan ide-ide bisnis dan peluang baru. Menurut Morgan Stanley, sekitar setengah dari perusahaan Fortune 500 didirikan saat resesi atau krisis ekonomi. Berikut enam tips untuk mengatasi hambatan eksternal dan mengembangkan bisnis dengan sukses.

1. Berani mengambil risiko
Ini adalah prinsip dasar dalam dunia kewirausahaan—di sinilah perjalanan seorang pengusaha dimulai. Bisnis selalu berkaitan dengan risiko; oleh karena itu, kemampuan untuk menghadapinya harus menjadi sifat bawaan seorang pengusaha. Pebisnis harus siap menghadapi risiko setiap saat. Yang terpenting, kegagalan tidak boleh dianggap sebagai kemunduran, melainkan sebagai batu loncatan untuk pertumbuhan di masa depan.

Bahkan jika suatu keputusan berujung pada kegagalan, jangan bereaksi berlebihan atau menganggapnya sebagai drama besar. Anggap saja sebagai pengalaman belajar yang menempatkan Anda pada kurva pembelajaran yang curam. Ini adalah kesempatan emas untuk mencoba lagi, kali ini dengan memanfaatkan kegagalan sebagai pelajaran dan memperhitungkan langkah-langkah yang sudah ditempuh. Selain itu, ambillah risiko yang diperhitungkan, karena terkadang, seperti kata pepatah, "seekor burung di tangan lebih baik daripada dua di semak-semak."

2. Berpikir di luar kebiasaan
Saat kecil, saya ingin menjadi ahli oseanologi dan mempelajari misteri samudra biru. Bahkan saat masih di taman kanak-kanak, saya sudah bisa mengucapkan kata "oseanologi" dengan jelas. Saya percaya aspirasi ini memengaruhi pendekatan bisnis saya, yang berfokus pada strategi "lautan biru"—yakni mencari ceruk pasar dengan sedikit persaingan.

Saat ini adalah era berpikir kreatif, di mana kita harus berpikir berbeda dari orang lain dan menemukan solusi inovatif untuk setiap masalah. Adakan sesi brainstorming di perusahaan Anda agar setiap orang bisa berkontribusi. Meskipun ide-ide yang muncul tampak aneh atau tidak praktis pada awalnya, catat dan pertimbangkan kembali nanti.

3. Nikmati apa yang Anda lakukan
Jangan pernah menjalankan bisnis yang tidak Anda sukai. Faktanya, penelitian dari Gallup menunjukkan bahwa karyawan yang terlibat secara emosional dalam pekerjaannya 17% lebih produktif dan 23% lebih menguntungkan dibandingkan mereka yang tidak terlibat. Prinsip ini juga berlaku bagi pengusaha. Jangan pernah melakukan sesuatu yang terasa sia-sia, tidak selaras dengan visi Anda, atau tidak berjalan sesuai harapan. Itu sama saja dengan menjalani hidup orang lain.

Jika menjalankan bisnis memberi Anda kesenangan dan energi positif, kadar endorfin dalam tubuh akan meningkat, membawa kebahagiaan tanpa syarat. Uang tidak boleh menjadi motivator utama. Saya bahkan hampir tidak menyadari ketika menghasilkan satu juta dolar pertama—saya hanya melakukan apa yang saya sukai tanpa terlalu memperhatikan angka di laporan keuangan. Bukan keuntungan besar yang membuat saya terkesima, tetapi rasa bahagia karena berhasil menciptakan sesuatu yang berarti. Saat bisnis mulai berkembang, saya merasa bahwa ini adalah awal yang baik, hidup terasa menyenangkan, dan masih banyak hal menarik di depan.

4. Pilih tim yang tepat
Bisnis dijalankan oleh orang-orang, dan tim yang Anda pilih akan menentukan keberhasilan usaha Anda. Keselarasan nilai hidup dan strategi sangat penting bagi saya, terutama dalam menciptakan ide dan mencapai tujuan. Jika seseorang memiliki keinginan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai, bercita-cita mencapai kesuksesan besar, dan ingin melakukan sesuatu yang signifikan, maka mereka adalah bagian dari tim saya.

Bagi saya, ini adalah kriteria utama dalam merekrut karyawan. Faktor penting kedua adalah kecerdasan emosional. Bisnis adalah tentang komunikasi—kemampuan untuk menjalin hubungan baik, bekerja sama secara efektif, serta mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Karakteristik ketiga yang penting adalah energi, daya persuasi, dan konsistensi dalam mencapai tujuan. Faktor keempat yang tak kalah penting adalah kecerdasan analitis (yaitu IQ, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk posisi tertentu).

5. Siap menghadapi krisis kapan saja
Krisis adalah sesuatu yang tak terelakkan. Anda akan menghadapi tantangan di sepanjang perjalanan, terutama jika ingin bertahan dalam jangka panjang. Bangun bisnis dengan pemahaman bahwa masa-masa sulit bisa datang kapan saja. Banyak hal bergantung pada bagaimana Anda menyikapi situasi tersebut, karena krisis bukan hanya ujian ketahanan dan kekuatan, tetapi juga peluang baru.

Krisis bisa datang secara tiba-tiba, dan jika Anda tidak siap, bisnis Anda bisa hancur. Seperti yang dikatakan orang Romawi kuno, "Spera meliora, para te ad peiora"—harap yang terbaik, bersiaplah untuk yang terburuk. Ini tetap menjadi strategi terbaik bagi setiap pengusaha.

6. Tetapkan tujuan jangka panjang
Saat saya memulai bisnis, tidak ada strategi atau indikator kinerja utama (KPI); yang diinginkan semua orang saat itu hanyalah membeli mobil. Seiring pertumbuhan bisnis, saya mulai merencanakan lebih jauh ke depan dan menetapkan tujuan yang jelas.

Setiap pengusaha harus memahami ke mana arah bisnis mereka dan di mana mereka ingin berada dalam lima, 10, atau 20 tahun ke depan. Tujuan jangka panjang biasanya mencakup periode 10 tahun atau lebih. Pikirkan tentang level dan skala bisnis Anda dalam satu dekade ke depan. Masalah bisnis apa yang harus diselesaikan dalam 10 tahun mendatang? Bisnis baru apa yang ingin Anda coba? Ini sangat penting karena memengaruhi motivasi Anda, memberikan insentif bagi karyawan, dan secara signifikan meningkatkan produktivitas kerja.

posted by : prasektio nugraha